Kamis, 26 Januari 2017

Sekilas Tentang Pangkalan Brandan

BRANDAN atau Pandan adalah sejenis tumbuhan, dari situlah dipanggil Pangkalan Berandan, yang terletak di Kecamatan Brandan Barat dalam pemerintahan Kebupaten Langkat. Daerah Kabupaten Langkat terletak pada 3014’ & 4013’ lintang utara, serta 93051’ & 98045’ bujur Timur dengan batas-batas sebelah utara dengan selat Melaka dan Propinsi D.I.Aceh. Selatan berbatas dengan Dati II karo, timur dengan Dati II Deli Serdang, juga barat dengan Dati D.I Aceh .


Pangkalan di pinggir Sungai Bebalan yang mengalir ke Laut Selat Melaka, dipenuhi rumah-rumah nelayan yang tidak teratur, menambah seri dan indahnya panorarama di situ. Laut yang bergelombang tenang, bayu yang menyapu muka, bersih, sejuk dan menyegarkan.


Menurut sejarah, pada masa pemerintahan Belanda dan Jepang, Kabupaten Langkat masih berstatus keresidenan dan kesultanan (kerajaan). Pimpinan pemerintahan disebut Residen dan berkedudukan di Binjai dengan Residennya Morry Agesten. Residen mempunyai wewenang mendampingi Sultan Langkat di bidang orang-orang asing saja, sedangkan bagi orang-orang asal atau pribumi, berada ditangan pemerintahan kesultanan Langkat.


Kesultanan Langkat berturut-turut dijabat oleh Sultan Haji Musa Almahadamsyah 1865-1892, Sultan Tengku Abdul Aziz Abdul Jalik Rakhmatsyah 1893-1927 dan Sultan Mahmud 1927-1945/46. Dibawah pemerintahan Kesultanan dan Assisten Residen, struktur pemerintahan disebut ‘luhak’ Di bawah luhak disebut Kejuruan (Raja kecil) dan Distrik, secara berjenjang disebut Penghulu Balai (Raja kecil Karo) yang berada didesa.


Pemerintahan luhak dipimpin secara Pangeran, pemerintahan kejuruan dipimpin seorang Datuk. Pemerintahan distrik dipimpin seorang Kepala Distrik. Untuk jabatan kepala kejuruan dan Datuk hendaklah dipegang oleh penduduk asal yang pernah menjadi raja didaerahnya. Pemerintahan Kesultanan di Langkat telah dibagi atas 3 kepala Luhak.


Pada awal 1942, kekuasaan pemerintah kolonial Belanda beralih ke pemerintahan Jepun, namun sistem pemerintahan tidak mengalami perubahan, hanya sebutan Keresidenan berubah menjadi SYU, yang dipimpin oleh Syucokan. Afdeling diganti dengan Bunsyu dipimpin oleh Bunsyuco. Kekuasaan Jepun ini berakhir pada saat kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada 17-08-1945.


Pada awal kemerdekaan Republik Indonesia, Sumatera dipimpin oleh seorang Gubernur iaitu Mr.T.M.Hasan, sedangkan Kabupaten Langkat tetap dengan status keresidenan dengan asisten residennya atau kepala pemerintahannya dijabat oleh Tengku Amir Hamzah, yang kemudian diganti oleh Adnan Nur Lubis dengan sebutan Bupati. Pada tahun 1947-1949, terjadi agresi militer Belanda I, dan II, dan Kabupaten Langkat terbagi dua.


Yaitu pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yang berkedudukan di Binjai dengan kepala Pemerintahannya Wan Umaruddin dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedudukan di Pangkalan Berandan, dipimpin oleh Tengku Ubaidulah. Berdasarkan PP No.7 Tahun 1956 secara administratif Kabupaten Langkat menjadi daerah otonomi yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri dengan kepala daerahnya (Bupati) Netap Bukit.

Kota Minyak Pertama di Indonesia

Agak miris membaca berita Kompas beberapa waktu lalu. Menteri ESDM, Darwin Zahedy membeberkan fakta bahwa cadangan minyak bumi Indonesia hanya bisa bertahan hingga 23 tahun ke depan. Bila pemakaian tak efisien, usia cadangan pun akan terpangkas lebih dini. Saat ini cadangan terbukti minyak bumi yang tersimpan di perut bumi Indonesia “hanya” 8,4 miliar barel, dengan kapasitas produksi 384 juta barel per tahun atau sekitar 1 juta barel per hari. Kondisi ini sangat berbeda dengan situasi era tahun 80-an dimana Indonesia pernah menjadi negara yang disegani dalam memproduksi minyak. Saat itu Indonesia mampu memproduksi 1,7 juta barel minyak per hari, melalui PT Pertamina. Dulu Indonesia adalah anggota OPEC, alias negara pengekspor kebutuhan miyak dunia. Namun pada tahun 2008, Indonesia telah men-DO-kan diri dari keanggotaan. Indonesiasekarang ini tidak lagi menjadioil exporting countrydalam artinettyang betul-betul mengekspor lebih banyak. Indonesia sekarang juga menjadioil importing country. Memang Indonesia masih mengekspor minyak, tapi impor juga dilakukan dan melebihi jumlah ekspor. 

Konsumsi yang melebihi batas produksi menjadi pemicu utama. Ditambah lagi dengan belum ditemukannya atau belum dibukanya sumber minyak baru. Memang sudah ada beberapa area potensial sumber minyak baru, namun masih terkendala masalah dana dan teknis. Saat ini, PERTAMINA masih mempertahankan sumber-sumber minyak tua yang masih berproduksi untuk menyuplai kebutuhan dalam negeri. 

Di antara sumber minyak tua, tersebut, kilang minyak PERTAMINA Pangkalan Berandan masih berfungsi sebagai tempat “cooking”, sekaligus sebagai agen pemasaran untuk wilayah SUMUT. Ternyata kilang minyak itu memiliki nilai historis yang tinggi terkait dengan sejarah perminyakan Indonesia. Minyak Pertama Inilah sekelumit kisah tentang Pangkalan Berandan, wilayah pertama ditemukannnya minyak komersial, persisnya di Desa Telaga Said, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, sekitar 110 kilometer barat laut Medan, ibukota Sumatera Utara. Penemu sumur minyak pertama ini adalah seorang warga Belanda bernama Aeliko Janszoon Zijlker, yang merupakan ahli perkebunan tembakau pada Deli Tobacco Maatschappij, perusahaan perkebunan yang ada di daerah ini pada masa itu. 

Penemuan itu sendiri merupakan buah perjalanan waktu dan ketabahan yang mengagumkan. Prosesnya dimulai setelah Zijlker mengetahui adanya kemungkinan kandungan minyak di daerah tersebut. Ia pun menghubungi sejumlah rekannya di Belanda untuk mengumpulkan dana guna melakukan eksplorasi minyak di Langkat. Begitu dana diperoleh, perizinan pun diurus. Persetujuan konsesi dari Sultan Langkat masa itu, Sultan Musa, diperoleh pada 8 Agustus 1883. Tak membuang waktu lebih lama, eksplorasi pertama pun segera dilakukan Zijlker. Pada 17 November 1884, setelah pengeboran berlangsung sekitar dua bulan, minyak yang diperoleh hanya sekitar 200 liter. Semburan gas yang cukup tinggi dari sumur Telaga Tiga, membuyarkan harapan untuk mendapatkan minyak yang banyak. Namun Zijlker dan kawan-kawan tidak berhenti sampai di situ. Mereka kemudian mengalihkan kegiatannya ke daerah konsesinya yang berada di sebelah timur. Untungnya memang konsesi yang diberikan Sultan Musa cukup luas, mencakup wilayah pesisir Sei Lepan, Bukit Sentang sampai ke Bukit Tinggi, Pangkalan Berandan, sehingga bisa mencari lebih banyak titik pengeboran. Pilihan kedua jatuh ke Desa Telaga Said. Di lokasi kedua ini, pengeboran mengalami sedikit kesulitan karena struktur tanah lebih keras jika dibandingkan dengan struktur tanah di Telaga Tiga. Usaha memupus rintangan struktur tanah yang keras itu akhirnya membuahkan hasil. 

Saat pengeboran mencapai kedalaman 22 meter, berhasil diperoleh minyak sebanyak 1.710 liter dalam waktu 48 jam kerja. Saat mata bor menyentuh kedalaman 31 meter, minyak yang dihasilkan sudah mencapai 86.402 liter. Jumlah itu terus bertambah hingga pada 15 Juni 1885, ketika pengeboran mencapai kedalaman 121 meter, tiba-tiba muncul semburan kuat gas dari dalam berikut mintak mentah dan material lainnya dari perut bumi. Sumur itu kemudian dinamakan Telaga Tunggal I. Penemuan sumur minyak pertama di Nusantara ini berjarak sekitar 26 tahun dari penemuan sumur minyak komersial pertama di dunia pada 27 Agustus 1859 di Titusville, negara bagian Pennsylvania, yang diprakarsai Edwin L. Drake dan William Smith dari Seneca Oil Company. Nama Aeliko Janszoon Zijlker pun tercatat dalam Sejarah Pertambangan dan Industri Perminyakan Indonesia, sebagai penemu sumur minyak pertama dalam sejarah perminyakan di Indonesia yang telah berberusia 119 tahun hingga saat ini. Telaga Tunggal I itu sendiri akhirnya akhirnya berhenti operasi pada tahun 1934 setelah habis minyaknya disedot pemerintah Belanda yang mengelola ladang minyak ini melalui perusahaan Bataafsche Petroleum Matschappij (BPM). Ketika ditinggalkan pada tahun 1934, jutaan barel minyak sudah berhasil dikeluarkan dari bumi Langkat melalui Sumur Telaga Tunggal. Beberapa sumur lainnya juga ditemukan di sekitar areal Telaga Tunggal I, namun juga sudah ditinggalkan sejak lama. Setidaknya ada empat bekas sumur minyak di sekitar itu. Tetapi setelah 119 tahun, sejak pemboran pertamanya, sumur itu ternyata tidak benar-benar kering. Beberapa tahun belakangan, minyak menetes dari pompa minyak yang terdapat di situ. Tetesan minyak dari sumur-sumur di kawasan itu masih ada sampai sekarang. Sementara di beberapa sudut, minyak juga merembes, membasahi daun-daun kering dan rumput di sekitarnya. Tetesan minyak ini bukannya tidak berguna. Warga sekitar yang mengumpulkannya dalam drum, lantas dijual kepada kilang minyak Pertamina di Pangkalan Berandan untuk diolah menjadi BBM Membicarakan Sumur Minyak Telaga I tidak bisa lepas dengan Kilang Minyak Pangkalan Berandan. Keduanya saling berkaitan. 

Catatan sejarah perjuangan bangsa juga melekat di sini. Kilang Pangkalan Berandan yang dikelola Unit Pengolahan (UP) I Pertamina Berandan, merupakan salah satu dari sembilan kilang minyak yang ada di Indonesia, delapan lainnya adalah, Dumai, Sungai Pakning, Musi (Sumatera), Balikpapan (Kalimantan), Cilacap, Balongan, Cepu (Jawa), dan Kasim (Papua). Ketika dibangun N.V. Koninklijke Nederlandsche Maatschappij pada tahun 1891 dan mulai berpoduksi sejak 1 Maret 1892, kondisi Kilang minyak Pangkalan Berandan, tentu saja tidak sebesar sekarang sekarang ini. Waktu itu peralatannya masih terbilang sederhana dan kapasitas produksi juga masih kecil. Bandingkan dengan kondisi sekarang, kilang yang berada di Kecamatan Babalan Langkat saat ini berkapasitas 5.000 barel per hari, dengan hasil produksi berupa gas elpiji sebanyak 280 ton per hari, kondensat 105 ton per hari, dan beberapa jenis gas dan minyak. Kondisi Sekarang Pangkalan Berandan adalah ibukotaKecamatan Babalan,Kecamatan Sei. Lepan,Kecamatan Brandan Barat, danKecamatan Brandan Timur,Kabupaten Langkat,Sumatra Utara. Terletak di pesisir pantai timur pulauSumatera, sekitar 60 km di sebelah utaraKota Binjai atau 80 km dari Medan. Kelurahan ini terletak strategis karena dilalui olehJalan Raya Lintas Sumateradan merupakan pintu gerbang provinsiSumatera Utararelatif dariAceh. Jumlah penduduk berkisar 40.000 ribu jiwa. Penduduknya heterogen, mulai dari Melayu yang berdomisili di pesisir, ada juga Jawa, Batak, Aceh, dan sebagainya. Cuaca cukup panas karena dipengaruhi wilayah pinggir pantai. Banyak terdapat pulau kecil di sekitaran teluk. Nama pulau –pulau tersebut agak ke-Malaysia-an, seperti pulau Perlis, Kelantan. Ada juga pulau Kampai, Pulau Sembilan, dan masih banyak pulau kecil lainnya. Potensi wisata di kawasan ini patut dikembangkan. Pada tahun 2007, Pertamina menutup unit pengolahan minyak Pangkalan Berandan. Penutupan terkait tidak tersedianya stok minyak dan gas yang akan diolah. Walhasil karyawan yang bekerja di unit pengolahan dipindahkan ke unit Pertamina di wilayah lain, seperti Dumai. Tak sedikit yang diputuskan hubungan kerjanya (PHK). 

Tercatat ribuan karyawan tidak tetap terpaksa harus mencari pekerjaan lain karena penutupan tersebut. Aset-aset Pertamina Pangkalan menjadi terbengkalai. Mesin-mesin diposisikan dalam keadaan stand by. Perumahan-perumahan karyawan ditinggalkan tidak berpenghuni. Rumah tersebut telah ditumbuhi ilalang setinggi genteng. Keluarga monyet membuat komunitas di sana. Bahkan mungkin masyarakat dedemit bertengger di area tersebut. Alhamdulillah sekarang unit Pengolahan Minyak Pangkalan Berandan dibuka kembali. Pengolahan ditujukan kepada sisa gas bumi yang masih ada. Lapangan kerja menjadi terbuka. Perumahan Karyawan yang dulunya tak berpenghuni, sekarang ditempati oleh [ara prajurit TNI Angkatan Laut. Kota hidup kembali. Denyut perekonomian agaknya akan semakin mengencang di wilayah Teluk Haru ini. Di kota Pangkalan Susu, 45 menit perjalan darat dari Pangkalan Berandan, sedang dibangun proyek PLTU. Proyek tersebut merupakan bagian dari program “10.00 megawatt”. Tidak tanggung-tanggung, akan dibangun sekitar tiga proyek. Di samping itu, juga ada wacana Pangkalan Susu akan dijadikan Pelabuhan Internasional, menggantikan Belawan sebagai pintu perdagangan Sumatera Utara. Juga pernah tercetus akan dibuka semacam akademi maritim di Pangkalan Berandan, tepatnya di bekas Rumah Sakit Tangkahan Lagan. Semoga kejayaan itu kembali kita rebut, Pangkalan Berandan.

Referensi : Irvan Sembiring

http://www.kompasiana.com/5embiring/pangkalan-berandan-kota-minyak-pertama-di-indonesia-bahkan-dunia_5500c33f813311491afa7e28

Peristiwa Pangkalan Brandan Bumi Hangus





Untuk mengenang kembali peristiwa bumihangus di Pangkalan Brandan yang terjadi pada tanggal 13 Agustus 1947 yang setiap tahun diperingati di Pangkalan Brandan, penulis kembali menurunkan tulisan yang pernah dimuat setahun yang lalu di harian Medan Bisnis, koran Medan yang mengutamakan berita ekonomi dan keuangan. Tujuan penulis, supaya generasi muda Indonesia jangan sampai melupakan sebagian dari sejarah bangsanya.

Masalah ini pernah jadi pembicaraan Ketua DPRD Langkat ketika berlangsungnya peringatan 62 tahun peristiwa Brandan bumihangus yang berlangsung di Stadion Petrolia Pangkalan Brandan, Kamis (13/8’09) H. Syafruddin Basyir berharap agar Pemerintah Pusat menetapkan Brandan Bumihangus sebagai Hari Bersejarah Nasional.

Menurut Ucok Basyir, panggilan akrab untuk H. Syafruddin Basyir, khasanah sejarah, nilai-nilai kejuangan dan cinta tumpah darah yang terkandung dalam Brandan Bumihangus ketika itu jauh lebih hebat ketimbang Bandung Lautan Api. Ungkap Ucok kepada pers seusai memberi kata sambutan pada acara tersebut.

Pada masa itu, yang dipertahankan para pejuang adalah ladang-ladang minyak dan sumur-sumur gas yang ingin direbut kembali oleh pihak penjajah Belanda.

Ucok Basyir menggarisbawahi, bahwa hingga kini hasil bumi dari Kota Pangkalan Brandan berupa minyak dan gas bumi telah dikuras habis guna menghidupi program pembangunan di negeri ini. Namun masyarakat Langkat khususnya Pangkalan Brandan dari dulu hingga saat ini masih hidup dibawah garis kemiskinan, pengangguran kian meningkat, terlebih setelah Pertamina dinyatakan tidak beroperasi. Pernyataan ini sudah disebarluaskan oleh beberapa media massa terbitan Medan.

Berkaitan dengan hal di atas, penulis coba mengilasbalikkan beberapa peristiwa aksi bumihangus baik yang dilakukan oleh penjajah Belanda maupun oleh para pejuang kita di masa lalu yang tidak rela untuk menyerahkan secara utuh kilang minyak dan fasilitas produksi lainnya kepada pihak musuh.

Meletus Perang Dunia ke II

Menyadari bahwa minyak bumi adalah merupakan bahan baku sumber energi yang sangat penting bagi penggerak roda perekonomian dan roda-roda mesin perang, maka setelah meletus PD (Perang Dunia) II dan Pearl Harbour diluluhlantakkan oleh ratusan pesawat tempur kamikaze jenis Zero milik Kerajaan Dai Nippon, dalam sandi operasi “Tora Tora Tora” selama tiga jam pada tanggal 7 Desember 1941, Indonesia yang ketika itu masih dijajah oleh Belanda mendapat giliran diserang oleh Jepang, sebagai jembatan untuk penyerbuan selanjutnya ke Australia, dan pada tanggal 8 Desember 1941, Amerika dan sekutunya menyatakan perang terhadap Jepang.

Sedangkan di Indonesia, ketika masih dikenal dengan nama Nederlands Indies, Pemerintah Hindia Belanda yang merasa sudah tidak mampu lagi untuk menahan serbuan tentara Jepang yang sedemikian cepatnya ke Indonesia, apalagi setelah mengetahui bahwa armada laut Belanda dapat dilumpuhkan oleh Jepang dalam pertempuran laut yang dahsyat di perairan Laut Jawa, maka Belanda melakukan taktik bumihangus terhadap semua sarana dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Berandan dan sekitarnya.

Dari himpunan data intelijen, Belanda mengetahui bahwa Bala Tentara Jepang yang telah mengobarkan Perang Dunia II berkeinginan untuk menguasai Asia Raya, dan Belanda yang bercokol di Indonesia menyadari bahwa kekuatan angkatan bersenjatanya terbilang “minim” bila dibandingkan Jepang. Jangankan Belanda, Amerika saja nyaris lumpuh dihajar Jepang. Jadi tidak ada kata lain bagi Belanda, dari pada seluruh instalasi dan fasilitas produksi minyak dikuasai secara utuh oleh Jepang, maka aksi bumihangus terhadap seluruh instalasi kilang BBM dan fasilitas produksi di Tarakan dilakukan oleh Belanda pada tanggal 13 Januari 1942, di Balikpapan tanggal 28 Januari 1942. Di Plaju, tanggal 15 Februari 1942 tapi Belanda hanya berhasil membakar lokasi, pembangkit listrik dan cadangan air karena tentara Jepang sudah menduduki Kota Plaju.

Pembumihangusan dan perusakan fasilitas produksi di Aceh Tamiang (Rantau) dan Langkat (Pangkalan Brandan dan Pangkalansusu) dilakukan Belanda selama tiga hari (9-11 Februari 1942). Pada tanggal 12 Maret 1942 Jepang masuk ke Kuala Simpang melalui pantai Kuala Beukah, dan Pangkalan Brandan pada tanggal 13 Maret 1942.

Penyerbuan balatentara Dai Nippon yang sangat cepat itu akhirnya berhasil menguasai industri perminyakan di Pangkalan Berandan dan sekitarnya termasuk yang terdapat di Aceh Timur, dan pengoperasiannya diserahkan dibawah pengawasan komandan militer setempat.

Untuk mengatasi kebutuhan BBM yang sangat mendesak demi kelancaran operasi militer Kerajaan Jepang yang ambisius menjadi penguasa tertinggi di Asia Timur Raya, maka segera dilakukan perbaikan lapangan dan kilang minyak dengan mempergunakan tenaga kerja Romusha dan para pekerja bekas BPM/Shell.

Berkat kerja keras para pekerja bangsa Indonesia dibawah pimpinan tenaga ahli berkebangsaan Jepang yang khusus dibawa dari negeri Sakura, dalam waktu yang relatif singkat Jepang telah berhasil memperbaiki kembali tambang minyak berikut kilang BBM peninggalan BPM di Pangkalan Berandan.

Untuk kepentingan militer dan industri di negerinya, Jepang telah pula berhasil meningkatkan produksi dan kapasitas kilang secara paksa. Contohnya, kilang BBM di Pangkalan Berandan yang berkapasitas produksi sebesar 300 ton/hari telah dipaksa produksinya menjadi 10.000 ton/hari.

Bukan hanya itu saja, pada tahun 1943 Jepang juga telah mendirikan kilang BBM yang berlokasi tersembunyi di kebun karet Paya Buyok agar tidak diketahui oleh pihak Sekutu yang sedang berseteru dengan Jepang. Kilang ini dipimpin oleh tiga orang pegawai berkebangsaan Jepang, yang dikepalai oleh seorang militer berpangkat Letda. dari Angkatan Darat Jepang dibantu tiga orang lulusan Nampo Sekyu Gakko (Sekolah Tambang Minyak), Pangkalan Berandan.

Peristiwa keberhasilan Jepang membangun kembali kilang BBM berikut fasilitas pendukungnya, baik yang terdapat di Pangkalan Berandan maupun di Aceh, telah menjadi perhatian serius dan incaran penyerbuan Sekutu untuk membombardir industri perminyakan di Pangkalan Berandan dengan maksud agar kekuatan Jepang di Asia Raya dapat dilumpuhkan.

Walaupun mendapat perlawanan yang sengit dari tentara Jepang, akan tetapi Amerika yang telah mendapat pukulan telak di Pearl Harbour mengajak sekutunya terus berupaya menghancurkan pertahanan lawan dengan dukungan ratusan pesawat pembom. Peristiwa 4 januari 1945 ini tidak berhasil menaklukkan tentara Kerajaan Dai Nippon yang dikenal sebagai pasukan berani mati. Namun ketika Amerika menusuk langsung ke “jantung Jepang“ dengan bom atom “Little Boy“ di Hiroshima tanggal 15 Agustus 1945 dan “Fat Man“ untuk Nagasaki (9 Agustus 1945) yang dibawa pesawat pembom B-29 “Enola Gray” milik Amerika Serikat. Akhirnya Jepang bertekuk-lutut setelah Kaisar Mikado Hirohito menyatakan menyerah kalah tanpa syarat.

Perjuangan merebut Tambang Minyak Pangkalan Brandan

Setelah balatentara Kerajaan Dai Nippon berhasil dilumpuhkan oleh Sekutu, orang Belanda yang telah memperoleh angin segar atas kemenangan Sekutu dalam pertempuran Asia-Pasifik, berusaha keras untuk menguasai kembali perusahaan tambang minyak di Pangkalan Berandan dan Aceh Timur, tapi sayang niat Belanda tidak kesampaian karena secara defenitif Pemerintah Negara Republik Indonesia (NRI) telah berkuasa di kawasan yang berada di luar daerah pendudukan tentara Sekutu.

Menyadari bahwa pihak Tentara Jepang tetap ngotot tidak mau menyerahkan tambang minyak Sayutai kepada Laskar Minyak (eks. Pegawai BPM/Sayutai) yang mendapat dukungan sepenuhnya dari Komite Nasional Indonesia Teluk Haru dari Barisan Pemuda Indonesia, maka pada tanggal 8 Oktober 1945 beberapa pemuda BPI secara mengendap-endap di kegelapan malam berhasil menerobos masuk ke kompleks tambang minyak Pangkalan Berandan.

Adalah Bedul yang memanjat menara Pretoping setinggi 50 meter untuk mengibarkan bendera Merah Putih di puncak Pretoping sebagai tanda bahwa tambang minyak Pangkalan Berandan telah dikuasai oleh Laskar Minyak Pangkalan Berandan.

Sejak itu para pegawai Sayutai berkebangsaan Indonesia tidak bersedia lagi menjalankan perintah-perintah atasannya yang berkebangsaan Jepang dan tetap menduduki tambang minyak tersebut dengan aksi mogok kerja. Dengan demikian sejak pertengahan Oktober 1945 secara praktis kegiatan produksi tambang minyak Sayutai terhenti total.

Tambang minyak Pangkalan Berandan yang telah dikuasai oleh para Laskar Minyak, diganti namanya dari Sayutai menjadi Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI). Penggantian nama ini dilakukan secara sepihak, sedangkan Tentara Jepang dan pegawai Sayutai yang berkebangsaan Jepang tidak dapat berbuat banyak karena memang posisi mereka sangat terjepit akibat kalah perang ditambah lagi dengan adanya penekanan dari pihak Laskar Minyak yang telah menduduki Sayutai dan penekanan dari Sekutu.

Sementara Pemerintah NRI sendiri belum berhasil menguasai sepenuhnya perusahaan tambang minyak Sayutai eks BPM/Shell karena pihak Sekutu atas permintaan Kerajaan Belanda, menekan tentara Jepang yang masih berada di kompleks kilang minyak Pangkalan Berandan agar tetap mempertahankan status quo perusahaan tersebut.

Karena adanya perjuangan yang gigih dari para insan perminyakan dan dukungan dari pejuang Kemerdekaan RI, akhirnya pihak Sekutu yang diwakili oleh tentara Inggeris, Mayor Fergusson atas nama Komando Tertinggi Tentara Sekutu di Sumatera, menyerahkan tambang minyak di Pangkalan Berandan dan Aceh Timur kepada Pemerintah NRI yang diterima oleh Residen Sumatera, Abdul Karim M.S. mewakili Gubernur Sumatera Utara, Mr. Teuku Mohammad Hasan dengan disaksikan oleh dua orang petugas dari Badan Komisi Dewan Keamanan, Residen Sumatera Timur, Mr. Luat Siregar, Bupati Langkat, Adnan Nur Lubis, Wedana Teluk Haru, Basir Nasution, Ketua Komite Nasional Indonesia Wilayah Teluk Haru merangkap anggota Dewan Sumatera, Amin Sutarjo, Sekretaris KNI Teluk Haru, Amiruddin Basir dan Komandan Keamanan Wilayah Teluk Haru, Letda. M. Hayar.

Seusai acara serah-terima itu, pada tanggal 20 Juni 1946 Gubernur Sumatera memberi mandat kepada Amin Sutarjo untuk mengatur dan menertibkan susunan organisasi serta mengangkat pengurus baru di perusahaan minyak eks Sayutai/BPM yang telah dirobah dan ditetapkan namanya menjadi Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan singkatan PTMRI, yang merupakan cikal bakal PT PERTAMINA (PERSERO) seperti yang dikenal saat ini.

Brandan Bumihangus

Tanggal 21 Juli 1947 diterima informasi dari pihak intelijen pejuang kemerdekaan RI, bahwa tentara Kerajaan Belanda telah melancarkan agresi militer terhadap kedaulatan Negara Republik Indonesia termasuk niatnya untuk merebut kembali perusahaan pertambangan minyak di Pangkalan Berandan dan sekitarnya.

Sebelum menyerbu ke Pangkalan Berandan, pihak Kerajaan Orange dengan dukungan Brigade “Z“ telah mengerahkan Batalyon IV/VI KNIL dan Batalyon 4-2 RI.KL untuk melakukan ofensif ke kawasan sektor Barat dan Utara Medan Area, yang dikabarkan telah berhasil melumpuhkan kota Medan pada tanggal 29 Juli 1947.

Setelah mematahkan perlawanan para pejuang Kemerdekaan R.I. di kota Medan, Sunggal, Binjai, Stabat dan Tanjung Pura, Belanda yang telah mengingkari Perjanjian Linggarjati (8 Maret 1947), terus bergerak maju ke arah Barat dengan tujuan Pangkalan Berandan.

Pasukan yang dipimpin oleh Letkol. H. Kroes yang khusus ditugaskan untuk menduduki Langkat, telah mendapat perlawanan sengit dari para pejuang kita yang tergabung dalam Batalyon Istimewa Divisi X TRI pimpinan Kapten Agus Husin. Pasukan musuh yang telah memasuki Securai berhasil dipukul mundur sampai ke batas demarkasi Gebang. Untuk memperingati peristiwa tersebut, di Gebang telah didirikan Tugu Demarkasi.

Beberapa hari setelah dipukul mundur oleh para pejuang kita, diperoleh informasi bahwa pasukan Belanda akan melakukan serangan secara besar-besaran untuk merebut instalasi industri perminyakan di Pangkalan Berandan. Hal ini dapat diketahui dari mata-mata Belanda yang berhasil di tangkap, yaitu Tengku Karma bin Tengku Sulaiman, kontelir Belanda di Tanjung Pura.

Melihat situasi yang sudah tidak menguntungkan lagi bagi keamanan dan keselamatan instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Berandan, maka perintah Panglima Komando Divisi X TRI, Kolonel Husin Yusuf kepada Komandan KSBO (Komando Sektor Barat dan Oetara) Medan Area, Letkol Hasballah Hadji untuk membumihanguskan seluruh instalasi industri perminyakan berikut objek-objek vital lainnya baik yang terdapat di Pangkalan Berandan maupun di Pangkalan Susu harus segera dilaksanakan.

Surat Perintah yang sudah dipersiapkan oleh perwira operasi KSBO, Kapten Sudirman, Segera ditanda-tangani oleh Komandan KSBO pada tanggal 12 Agustus 1947. Surat tersebut diberikan kepada para komandan pioner pembumihangusan Pangkalan Berandan, yaitu Lettu. Usman Amir (mantan Ka. Djawatan Persendjataan Divisi Gajah I), Tengku Nurdin (mantan Danyon V RIMA/ Pesindo Divisi Rencong), Umar Husin (mantan perwira Pesindo Divisi Rencong) dan M. Yusuf Sukony (mantan perwira Divisi Rencong). Sedangkan tembusannya disampaikan kepada pemimpin PMC (Plaatselijk Militair Commando) Pangkalan Berandan, Mayor Nasaruddin yang bertanggungjawab penuh atas keamanan umum dan keselamatan penduduk kota itu.

Tepat pada pukul 03.00 dini hari tanggal 13 Agustus 1947, peristiwa pembumihangusan seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Berandan dan sekitarnya telah tercatat dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sedangkan pembumihangusan kota Pangkalan Berandan berlangsung pada pukul 04.00.

Akibat dari aksi tersebut, secara praktis kota Pangkalan Berandan berikut kompleks industri perminyakan telah berubah wujud jadi lautan api dan gerak roda perekonomian jadi macet total. Itulah konsekuensi yang harus diterima oleh bangsa Indonesia.

Menurut catatan sejarah, bumi hangus di Pangkalan Berandan telah dilakukan sebanyak tiga kali. Pertama pada tanggal 9 Maret 1942 dilakukan oleh Vernielinkcorps (tentara Belanda) sebelum penyerbuan tentara Jepang, tetapi karena dilakukan secara tergesa-gesa, kerusakannya tidak separah bumi hangus yang kedua.

Bumi hangus kedua dilakukan pada tanggal 13 Agustus 1947 oleh pasukan PMC yang mengakibatkan seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Berandan termasuk ruko dan rumah penduduk jadi porak-poranda.

Bumi hangus ketiga dilakukan oleh bangsa kita pada tanggal 19 Desember 1948 ketika Belanda yang masih penasaran, melakukan agresi militer kedua di bumi Indonesia. Akibatnya, seluruh pertambangan minyak di Pangkalan Berandan jadi puing-puing yang berserakan dan ditinggalkan begitu saja untuk beberapa waktu lamanya.

Sedangkan tambang minyak di Rantau dan Langsa, Aceh Timur dapat diselamatkan dari taktik bumihangus karena pertahanannya diperkuat oleh pasukan Bateri II Arteleri dibawah pimpinan Kapten Nukun Sanany dibantu oleh TPR II Aceh Divisi Sumatera pimpinan Lettu. TN. Basyir Abdullah dan Letda. Syarif Agus.

Aksi bumihangus lainnya yang tidak kalah hebatnya juga terjadi di kompleks PTMN (Perusahaan Tambang Minyak Nasional) Kawenangan/Wonosari Cepu. Pasukan yang berjumlah 12 orang terlatih di bawah pimpinan Nandika selaku Kepala Tim Pelaksanaan Pembumihangusan Kilang Cepu, Perkantoran dan Kompleks perumahan karyawan pada tanggal 19 Desember 1948 sekitar pukul 17.00 WIB segera membakar dan meledakkan Kilang Minyak Cepu beserta seluruh fasilitas produksi seperti sumur minyak, tangki penimbun minyak yang berada di kawasan instalasi perindustrian minyak di Cepu.

Tercemar setetes nila ?

Banyak kalangan dan elemen tokoh masyarakat dan pemuda di Sumatera Utara, khusus Kabupaten Langkat dan lebih khusus lagi di Pangkalan Brandan yang mengakui bahwa aksi bumihangus di Pangkalan Brandan dan sekitarnya merupakan peristiwa heroik yang pantas diagendakan dan dicatat sebagai Hari Sejarah Nasional seperti yang dicetuskan oleh H. Syafruddin Basyir, Ketua DPRD Langkat yang juga adalah tokoh generasi muda didampingi H. Yan Syahrin, SE dan Zainal AK, bahwa sejak 62 tahun silam sampai saat ini, Brandan Bumihangus belum mendapat pengakuan dari Pemerintah Pusat sebagai Hari Bersejarah Nasional.

Menurut perkiraan penulis, belum diakuinya Brandan Bumihangus sebagai Hari Bersejarah Nasional karena dalam aksi bumihangus yang terjadi pada tanggal 13 Agustus 1947 telah “tertetes setitik nila” yang dibuat oleh segelintir anggota tentara dan laskar melalui aksi perampokan dengan kekerasan senjata terhadap para pengungsi keturunan Tionghoa. Perampokan terhadap warga Tionghoa terjadi lagi pada tanggal 15 Agustus, dan tanggal 16 Agustus 1947 malam terjadi lagi perampokan terhadap pengungsian Tionghoa lainnya yang sedang berkemah ditempat agak terpencil. Tiga orang anak gadis para pengungsi tersebut diperkosa oleh sekelompok anggota laskar.

Persoalan warga turunan Tionghoa yang jadi korban seperti tersebut di atas jadi berekor panjang ketika Konsulat Republik Tiongkok (Nasionalis), berkedudukan di Medan, mengajukan protes keras kepada Pemerintah Republik Indonesia di Bukit Tinggi mengenai perlakuan yang tidak wajar serta kerugian harta benda yang tidak sedikit, dan kesengsaraan yang diderita oleh bangsa Tionghoa di kota Pangkalan Brandan. Hal ini ditanggapi secara positif oleh Wapres/Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia nota kepada Panglima Divisi X TRI mengenai hal di atas.

Hasan Basrie Z.T. dalam buku “Fakta Sejarah Lengkap Pangkalan Brandan Dibumihanguskan” yang diterbitkan oleh Biro Sejarah Pejuang Republik Indonesia Medan Area, 13 Agustus 1983 menyebutkan, setelah menerima Nota Wakil Presiden / Wakil Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia, Panglima Divisi X TRI lalu mengutus para petugas khusus untuk melakukan penyelidikan yang seksama mengenai peristiwa pembumihangusan kota Pangkalan Brandan.

Dari hasil investigasi dan pemeriksaan yang dilakukan oleh tim petugas khusus dari Komisi Militer yang diketuai Zainal Arifin Abbas dengan anggotanya Mayor Abdullah Muzakir, Muhammad Yusuf MS, M. Soegoed dan M. Siddik Saleh pada tanggal 10 sampai 11 September 1947 dapat diketahui bahwa pembakaran kota Pangkalan Brandan dilakukan dengan sengaja oleh PMC (Plaatselijk Militair Commandant) Pangkalan Brandan atas inisiatif Mayor Nazaruddin, bukan perintah dari Komandan Komando Sektor Barat dan Oetara. Selain itu juga terungkap kenyataan bahwa dalam situasi yang kacau, saat dilakukan pembakaran kota Pangkalan Brandan, terjadi pula perampokan terhadap penduduk Tionghoa yang sedang mengungsi ke luar kota. Semua kejadian tersebut menjadi tanggungjawab Mayor Nazaruddin selaku Komandan PMC Pangkalan Brandan.

Setelah mendapatkan laporan lengkap dari hasil interogasi terhadap orang-orang yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam aksi pembumihangusan Kota Pangkalan Brandan, maka Panglima Divisi X, Kolonel Husin Yusuf mengeluarkan perintah yang cukup keras serta mencabut hak Mayor Nazaruddin sebagai Komandan.

Konsekuensi lainnya, yaitu Plaatselijk Militair Commandant Pangkalan Brandan termasuk Batalyon TPKA dan TM (Tentara Pengawal Kereta Api dan Tambang Minyak) dibubarkan. Semua anggotanya yang bersenjata, dimutasikan ke bawah komando langsung KSBO pimpinan Letkol Hasballah Hadji. Sedangkan anggota yang tidak bersenjata ditarik ke Bireuen.

Kalau kita membaca beberapa fakta di atas, maka sulit rasanya harapan sementara elemen masyarakat yang menginginkan agar peristiwa Aksi Brandan Bumihangus dapat diakui sebagai Hari Bersejarah Nasional. Sebab kegiatan aksi membumihanguskan kota Pangkalan Brandan adalah “illegal”, bukan atas perintah komandan KSBO maupun Panglima Divisi X.

Tegasnya, Komando Divisi X TRI, yang merupakan instansi militer resmi untuk mengatasnamakan Pemerintah Republik Indonesia, tidak pernah memerintahkan PMC Pangkalan Brandan atau TPKA dan TM untuk membumihanguskan kota Pangkalan Brandan yang dihuni penduduk sipil.

Sebenarnya, Pemerintah Republik Indonesia tidak memerintahkan untuk membakar dan musnahkan seluruh isi kota dan desa yang dihuni oleh penduduk sipil. Akan tetapi yang harus dibumihanguskan adalah seluruh objek vital termasuk fasilitas lainnya yang dapat digunakan untuk kepentingan militer dari pihak lawan atau musuh. Sebab, pemusnahan kota dan desa hanya akan lebih menyengsarakan rakyat.

Kesimpulannya, memang harus diakui bahwa semangat heroik para pejuang kita yang tidak merelakan bumi nusantara tercinta ini dijajah kembali oleh Belanda, ketimbang dijajah kembali, lebih baik seluruh fasilitas penting di bumi nusantara ini dibakar sehingga menjadi abu. Ini pantas kita acungkan jempol.

Berpegang pada prinsip itu, tercermin semangat juang para pejuang kita adalah cukup tegar dalam satu kebulatantekad untuk memberikan pengorbanan yang lebih besar bagi kelanggengan kemerdekaan Bangsa dan Negara Republik Indonesia tercinta yang sudah terjajah selama 350 tahun. Ini pantas kita acungkan jempol. Namun sayangnya perinstiwa heroik itu telah dirusak oleh oknum-oknum tertentu yang mencari keuntungan perjuangan suci hanya untuk diri pribadinya.-

Pangkalansusu, 1 September 2010
Referensi : Freddy Ilhamsyah PA

Beberapa Destinasi Wisata di Wilayah Kabupaten Langkat

Beberapa Destinasi Wisata di Wilayah Kabupaten Langkat

1). Tangkahan - The Hidden Paradise Of Sumatera
2). Air Terjun Jodoh - Pamah Simelir
3). Batu Rongring dan Batu Katak
4). Wisata Bahari Jaring Halus, Pulau Kampai, Pulau Sembilan
5). Arung Jeram Sei Wampu dan Sei Bingei

Rabu, 25 Januari 2017

Pepatah Jawa, Kata Mutiara Jawa

Titikane wong putus ing ngelmu, basa kang bisa gawe tentrem lan bungahing liyan.
(Orang yang menguasai ilmu pengetahuan, memiliki tata bahasa yang bisa membuat orang lain senang)

Jun yen lokak kocak dene yen kebak anteng, semono uga tumrap ngelmu.
(Pepatah ini seperti pribahasa air beriak tanda tak dalam, maksudnya orang yang ilmunya sedikit banyak bertingkah sedangkan orang yang banyak ilmu lebih suka diam)

Mumpung anom ngudia laku utama.
(Mumpung masih muda berbuatlah yang terbaik)

Urip iku kudu gelem tepa selira.
(Hidup harus memiliki sikap tenggang rasa)

Sugih tanpa bandha, nglurug tanpa bala.
(Kaya tidak berharta, menyerang sendirian. Maksudnya, hidup harus memiliki keberanian, berani menghadapi kenyataan hidup)

Digdaya tanpa aji, menang tanpa ngasorake.
(Kesaktian tanpa kekuatan, menang tanpa menghina. Maksudnya, orang yang kuat tidak harus menunjukkan kekuatannya, dan sebagai pemenang tidak boleh menghina lawan kita)

Sabar lan narimo marganing basuki, ngangsa-angsa marakake brakala.
(Bersabar dan bersyukur akan mendapatkan keselamatan)

Ngrusak wohing panggawe, ngundhuh wohing panandur.
(Orang berbuat maka akan berakibat, baik ataupun buruk.)

Ngelmu pari saya isi saya tumungkul.
(Orang yang banyak ilmu tidak sombong)

Andap asor, wani ngalah luhur wekasane.
(Rendah hati, berani mengalah berbudi luhur)

Aja wedi kangelan jalaran urip ing donya iku pancen angel.
(Jangan takut menghadapi kesulitan karena hidup di dunia itu memang susah)

Tuking kamulyan iku saka anggone sregep.
(Sumber kebahagiaan itu didapat dari kerja keras)

Sepi ing pamrih, rame ing gawe.
(Sedikit pengharapan, tetapi banyak melakukan pekerjaan)

Jagad ora mung sak godhong kelor.
(Dunia tak selebar daun kelor)

Darbe kawruh kang ora ditindakkake, bareng mati ilang tanpa tilas.
(Ilmu pengetahuan yang tidak diamalkan, ketika mati hilang tanpa bekas)

Sopo gawe nganggo, sopo nandur ngunduh.
(Siapa membuat pasti akan memakai, siapa menanam pasti akan memetik hasilnya)

Suradira jayaningrat lebur dening pangastuti.
(Kejahatan akan dikalahkan oleh kebenaran)

Sing sapa temen bakal tinemu.
(Siapa yang rajin akan menuai hasilnya)

Suradira hayuningrat pangruwating diyu.
(Kebenaran mengatasi kejahatan)

Aja dumeh kuwasa, tumindake daksara lan daksila marang sapada-pada.
(Jangan mentang-mentang berkuasa, bertindak sewenang-wenang terhadap sesama)

Aja dumeh pinter, tumindake keblinger.
(Jangan mentang-mentang pintar, bertindak lupa daratan)

Aja dumeh sugih, tumindake lali karo wong ringkih.
(Jangan mentang-mentang kaya, lupa sama orang lemah)

Aja dumeh menang, tumindake sewenang-wenang.
(Jangan mentang-mentang menang, bertindak sewenang-wenang)

Wong urip iku sadrema nglakoni kadya wayang ana dalange.
(Manusia hidup tinggal menjalani saja seperti wayang sudah ada dalangnya)

Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
(Di depan memberi contoh, di tengah turut berperan aktif, di belakang turut mendukung)

Aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa.
(Jadi orang janganlah sok tahu, tetapi jadilah orang yang tahu akan situasi dan kondisi)

Kawruh kang marakake reseping ati sasama iku kawruh donya kang mumpangati.
(Ilmu yang menyebabkan ketrentaman hati adalah ilmu dunia yang bermanfaat)

Ngelmu iku kelakone kanthi laku.
(Ilmu itu diperoleh melalui proses perjalanan)

Golek banyu apikul warih, golek geni adedamar.
(Mencari air berbekal sepikul air, mencari api berbekal pelita)


KATA MUTIARA KEHIDUPAN JAWA


KATA MUTIARA KEHIDUPAN JAWAWong Jawa nggone semu
(Orang Jawa suka tersembunyi. Maksudnya, orang Jawa itu dalam berpikir dan bersikap cenderung menggunakan kata mutiara, kata bijak, pepatah, kiasan, simbol, sanepa).

Mikul dhuwur, mendhem jero
(Mengangkat setinggi-tingginya, mengubur sedalam-dalamnya. Maksudnya, menilai seseorang dalam hal kebaikannya patut diunggulkan tetapi simpan kejelekan sedalam-dalamnya, janganlah disebarluaskan).

Rukun agawe santosa, crah agawe bubrah
(Kerukunan membuat menjadi kokoh, bertengkar menjadikan kehancuran/rusak. Maksudnya, dalam kehidupan sehari-hari selalu rukun agar semakin kuat, jangan saling bermusuhan).

Anak polah, bapa kepradhah
(Setiap anak bertingkah, bapak akan selalu ikut bertanggung jawab. Maksudnya, sekalipun anak yang bertingkah laku bahkan tingkah lakunya menyimpang, orang tua yang bertanggung jawab).

Kacang ora ninggal lanjaran
(Orang tua dan anak diibaratkan kacang panjang dan ajir, tidak dapat dipisahkan. Tingkah laku seorang anak mencerminkan tingkah laku orang tuanya).

Emban cindhe, emban siladan
(Menggendong dengan selendang, menggendong dengan irisan bambu tipis tajam. Maksudnya, memberikan nasihat kepadara para orang tua agar jangan membedakan kasih sayang kepada semua anak-anaknya).

Cekelen iwakke, aja buthek banyune
(Tangkaplah ikannya, tapi jangan sampai keruh. Maksudnya, setiap menyelesaikan masalah janganlah diperkeruh, yang terpenting inti permasalahannya terselesaikan dengan baik).


Becik ketitik, ala ketara
(Siapa yang berbuat baik dan berbuat jahat akan ketahuan. Maksudnya, memberikan nasihat bahwa jangan takut untuk berbuat baik sekalipun terlihat jahat (jangan sebaliknya berbuat jahat tetapi nampak berbuat baik) karena sesuatu yang baik pasti akan terlihat baik sekalipun membutuhkan waktu yang lama, sedangkan sesuatu yang jahat atau buruk juga akan ketahuan di kemudian hari, hanya waktu yang bisa menjawabnya)

Aja njagakake endoge blorok
(Jangan mengharapkan ketidakpastian. Maksudnya, janganlah berangan-angan mengharapkan sesuatu yang belum pasti, diibaratkan endoge blorok (telurnya ayam blorok), ayam belum tentu bertelur tetapi sudah diharapkan telurnya).

Ana dina, ana upa
(Ada hari, ada nasi. Maksudnya, selama masih ada kehidupan kita masih bisa bekerja, sehingga kita masih bisa mendapatkan rezeki).

Ana sethithik dipangan sethithik
(Dapat sedikit, dimakan sedikit. Maksudnya, memberikan nasihat untuk selalu bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan, caranya dengan menerima rezeki yang diberikan sekalipun sedikit harus tetap disyukuri. Berarti dalam membelanjakannya juga harus terukur).

Ora obah ora mamah
(Tidak mau bekerja, tidak dapat makan. Maksudnya, orang yang malas bekerja bakalan kelaparan. Memberikan motivasi untuk selalu bekerja mencari nafkah agar bisa mempertahankan hidup).



KATA - KATA MUTIARA JAWA


KATA MUTIARA JAWA - BEBERAPA CUPLIKAN DALAM PUPUH PANGKUR



Kados sampun kinodrat, bilih punika ageming ngaurip, punapa ta wonten tuhu, tiyang sepi pamrihnya, senadyan penjenenganing ratu, lan ugi brahmana pisan, tan wonten sepi pamrihnya.
(Seperti sudah ditakdirkan, bahwa pedoman hidup itu, apakah betul-betul ada, orang tidak punya pamrih, walaupun beliaunya raja, dan juga sekalipun brahmana, tidak ada yang tidak punya pamrih)

Nadyan nggenya kalepatan, pamrih wau mung halus kebuntel daging, tindaking weweka iku, saya lampah kang awrat, umpamine dadosa ngulama guru, kebatinan sesaminya, yekti tan uwal sing pamrih.
(Walaupun tempatnya salah, pamrih itu harus halus yang terbungkus daging, jalannya perencanaan itu, melaksanakannya lebih berat, misalnya menjadi guru ulama, sesamanya kebatinan, pasti tidak akan lepas dari pamrih)

Mengsah pamrih tandhing aprang, sarana tan kendhat anggenya teteki, neger kersaning Hyang Agung, kabeh sesampunira, panjenengane katleyek myang kabentus, ing tawang kesandhung rata, eling yang mung titah yekti.
(Musuh bertujuan perang tanding, dengan selalu tidak pernah lepas bertapa, mempertanyakan keinginan Hyang Agung, semua setelah itu, beliau tersangkut dan terbentur, di langit tersandung tanah datar, ingat bila hanya seorang hamba Allah)




KATA MUTIARA JAWA - BEBERAPA CUPLIKAN DALAM PUPUH KINANTI

Sapa temen dha tinemu, tinemonan ing pamburi, jer basuki mawa beya, beya budi luhur yekti, sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti.
(Siapa bersungguh-sungguh akan mendapatkan, mendapatkannya pada akhir, bila ingin sejahtera harus berusaha, usaha berbudi luhur, semua kejahatan akan terkalahkan, oleh kebijaksanaan dengan penuh maaf)

Kang temen pangudinipun, mring bebener laras adil, lan timbang ingkang sanyata, iku oncekane sayekti, yen winastan Kyia Ageng Sela, wasis nyekel bledeg thathit.
(Yang sungguh berupaya, pada kebenaran yang seimbang dan adil, yaitu pertimbangan nyata, itulah arti sesungguhnya, seperti yang disebut Kyai Ageng Sela, dapat dengan mudah memegang petir)

Sanungging ing karonipun, lawang bledheg kori masjid, Masjid Demak amrapat, karepe kang yoso kori, kita dimen dha elinga, yaiku ingkang sesanti.
(tergambar di jendelanya, pintu petir jendela masjid, Masjid Demak rengat, keinginan yang membuat jendela, agar kita selalu ingat, yaitu yang berpetuah)

Tetela kang pamrih iku, lumrah tumraping dumadi, nangging ta sabisa-bisa, kudu laras ing pribadi, dadi kuat lan sentosa, marang wewengkon sayekti.
(Ternyata yang punya tujuan itu, biasa terhadap sikap makhluk, tetapi juga sedapat mungkin, harus selaras dengan pribadi, menjadi kuat dan sentosa, kepada wilayahnya sendiri)



Ajeg sisiram kang trubus, kanthi tirta marta warih, ya toyaning kalbu ingkang, wus menga tumiyung yekti, saiyeg marang mring gegeyongan, myang kayun kayungyun yekti.
(Tetap disiram benih itu, dengan air kehidupan, ya airnya dari kalbu, telah terbuka serta terwujud, bersikap bersatu pada cita-cita, yang sangat diharapkan)

Tetap marsudi kang tulus, mardawaning budaya hadi, anglelatih buditama, mrih rahayu sayekti, lire iku sanyatanya, manggon ing kalbu sejati.
(Tetap berusaha dengan tulus, selama budaya bagus, melatih budi yang utama, agar selalu selamat, ibarat yang sesungguhnya, di dalam kalbu sejati)

5 Hal Super bagi Sang Seller Sukses

➟ Lima Hal Super Penting Bagi Seorang Penjual Sukses
.
Bagi Anda yang memilih menjadi seorang penjual sebagai bentuk ikhtiar menjemput rizki, haruslah mengoptimalkan ilmu dan pengetahuan mengenai cara yang efektif dan hal-hal penting seputar kegiatan penjualan.
.
Selain semangat dan keberanian untuk menjual, ada 5 hal super penting yang harus Anda perhatikan dan juga praktikkan dalam kegiatan penjualan Anda. Lima hal ini sebetulnya sudah cukup populer di kalangan teman-teman lain yang bergerak di bidang pemasaran, dan lima hal ini sering disebut dengan 5P, apa itu 5P? yuk kita bahas dari sisi penjualan..
.
1⃣ Product
Apakah Anda sudah memahami kelebihan produk yang Anda jual? apakah Anda sudah tahu pesan atau value apa yang terkandung dalam brand produk yang Anda sedang jual saat ini? dan sudahkah Anda memiliki strategi dan cara yang tepat untuk mengkomunikasikan itu semua kepada calon pembeli Anda?
.
Berarti Anda harus menguasai product knowledge sebelum bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Nah, apabila Anda menemukan kesulitan dalam menghapal semua isi detil product knowledge , tenang saja Anda tidak sendirian.
.
Begitu banyak penjual yang sukses menjual produk-produknya tanpa menghapal semua product knowledge, Anda cukup fokus pada kelebihan-kelebihan produk, atau hal-hal yang paling sering Anda temukan saat bertemu atau melakukan kontak dengan calon pembeli. Setelah Anda berhasil mengekstrak hal-hal penting yang sering ditanyakan calon pembeli, Anda akan semakin efektif dalam menjelaskan produk kepada calon pembeli.
.
2⃣ Price (Harga)
Tidak bisa dipungkiri makin ke sini beban ekonomi yang ditanggung oleh masing-masing individu semakin tinggi, hal ini membuat para calon pembeli semakin selektif soal harga. Tidak sedikit pula di antara mereka yang menjadikan harga sebagai parameter utama sebelum mereka memutuskan melakukan pembelian.
.
Oleh karenanya sebagai seorang penjual, Anda harus berhasil mengubah persepsi calon pembeli yang semula hanya memikirkan harga saja, menjadi calon pembeli yang sadar akan value dan kualitas produk yang Anda tawarkan.
.
Targetnya adalah membuat calon pembeli Anda pada akhirnya berkata “Gak nyesel saya beli Afrakids, kualitas, value dan pelayanan penjualnya melebihi harganya”
.
3⃣ Place and 4⃣ People (Tempat dan Orang)
Bertemu di lokasi dan dengan orang yang tepat merupakan perpaduan yang sangat indah bagi Anda yang ingin mendapatkan deal dan closing yang cepat dan tepat.
.
Sebagai penjual, tiap hari Anda perlu memiliki rencana akan ke mana dan siapa yang akan ditemui.
.
Bila Anda berjualan online, berarti Anda harus punya rencana di platform mana Anda akan bertemu pelanggan Anda? di facebook kah, di email kah, di instagram kah atau medium lain yang tepat untuk menjangkau orang-orang tertentu, karena berbeda orang memiliki preferensi aktifitas online yang berbeda. Anda harus bisa mengidentifikasi platform online mana yang digunakan untuk berinteraksi dengan orang yang mana.
.
5⃣ Promotion (Promosi)
Banyak sekali pilihan cara promosi yang bisa Anda gunakan untuk meperkenalkan produk, bisnis, bahkan diri Anda sebagai penjualnya.
.
Sekali lagi, kenalilah target market Anda, sehingga dengan mudah Anda bisa menentukan cara berpromosi seperti apa yang paling efektif.
.
Produk dengan target market remaja pastilah berbeda cara promosinya dengan produk yang menargetkan para orangtua muda. Begitupun produk yang penggunanya orang dewasa pastilah berbeda cara berpromosinya dengan produk yang digunakan hanya oleh anak-anak.
.
5P inilah yang bisa membantu Anda melejitkan kualitas ikhtiar penjualan Anda, optimalkan dan selalu evaluasi kegiatan penjualan Anda berdasarkan 5 hal di atas, dalam rangka memantaskan diri agar dipercaya oleh Sang Maha Pemberi Rezeki menjadi salah seorang penyalur rezeki dan penebar manfaat terbaik di muka bumi kepada manusia lainnya.

Referensi : ukmkotamedan.com

Bagaimana Menjawab jika Calon Konsumen berkata, Kok Mahal, ya?

Setiap orang punya masalah dengan harga. Sumber sikap keberatan atas harga ini runutannya kembali ke masa anak-anak, ke semua persoalan emosi di sekitar uang yang harus dihadap sejak kecil. Berita baiknya adalah bahwa harga sebenarnya jarang menjadi alasan untuk membeli atau tidak membeli produk atau jasa. Harga memang penting, tetapi hampir selalu ada sesuatu lain yang lebih penting.

Poin Penting Tentang Harga

1. Tidak seorang pun mampu

Tidak seorang pun mampu membayar saat pertama kali ia menerima penawaran. Berapa pun harganya, biasanya masih akan dibilang terlalu mahal, lebih dari yang diharapkan akan dibayar oleh prospek. Seringkali, hal ini menjadi karena prospek tidak memiliki bayangan tentang biaya sebenarnya atau ia belum menganggarkannya.

Kenyataannya, jumlah uang tiap orang itu memang terbatas. Ketika Anda mengajukan harga, jumlah ini mewakili semua hal lain yang sebenarnya bisa dibeli oleh si prospek dengan jumlah uang yang sama. Ini disebut prinsip pengesampingan pilihan. Setiap pilihan yg dibuat secara tidak langsung menyatakan pengesampingan sesuatu yang lain. Untuk segala sesuatu yang Anda beli, ada hal lain yang tidak dapat dibeli.
Ini artinya ketika Anda membeli sesuatu, Anda mengorbankan sejumlah lain pilihan. Itulah mengapa ketika muncul penawaran harga, apapun itu, orang akan secara otomatis berkata, “Saya nggak sanggup membayarnya.” Itulah kenapa Anda harus menghabiskan banyak waktu membangun nilai produk atau jasa Anda sebelum menyebutkan harga untuk pertama kalinya.

2. Kemauan dan Kemampuan itu Berbeda

Kemauan dan kemampuan membayar adalah dua hal yang berbeda. Tak ada seorang pun akan mau membayar berapa pun harga yang Anda minta. Tidak seorang pun akan mau berpisah dengan uangnya.
Namun, apakah seseorang mampu membayar adalah perihal lain. Kebanyakan orang dapat membeli produk atau jasa jika mereka sangat menginginkannya. Tujuan Anda adalah meningkatkan kemauan membayar dengan membangun gairah membeli. Mengulang dan menekankan manfaat yang akan dinikmati prospek dari produk atau jasa Anda akan memenuhi tujuan ini. Semakin prospek menginginkan apa yang Anda jual, ia akan semakin kurang peka terhadap harga.
Yakinkah prospek bahwa nilai produk Anda jauh lebih besar ketimbang biaya yang dikeluarkan. Tundalah pembahasan tentang harga sebisa mungkin. Sebaliknya, bicaralah tentang manfaat. Ketika Anda kemudian membahas harga, hal ini tidak lagi tampak terlalu tinggi.

3. Membicarakan Harga Tidak Pada Tempatnya Akan Membunuh Penjualan.

Ini adalah aturan dasar dalam penjualan. Jika Anda membawa masalah harga sebelum prospek memutuskan bahwa ia ingin memiliki dan meniikmati produk atau jasa Anda, ia akan kehilangan minat, adn percakapan akan berakhir.
Seringkali prospek bertanya pada awal percakapan penjualan, “Berapa harganya?” Pada tahap ini, dia sama sekali tidak punya gambaran tentang ciri dan manfaat yang Anda tawarkan atau betapa lebih baik kehidupannya dengan memiliki apa yang Anda jual. Jika Anda menyampaikan harga sebelum proses mengetahui hal-hal itu, ia tidak memiliki apa pun untuk menjembatani. Kemudian, harga akan menjadi persoalan terpenting dalam percakapan, dan dapat diperkirakan ia akan berkata, “Itu terlalu mahal, saya ndak sanggup bayar.”

Alasan atas Keberatan Harga

Keberatan harga adalah cara prospek mengatakan pada Anda bahwa Anda belum memberi cukup bukti bahwa manfaatnya melebihi harga. Karena itu, jangan pernah memperdebatkan masalah harga. Jangan pernah mengatakan bahwa harga Anda “baik” atau “terjangkau” atau “wajar” atau lainnya. Apa pun kata prospek tentang harga Anda, sepakati saja. Kemudian lanjutkan mengatakan sesuatu seperti, “Ibu, produk ini sudah pasti tidak murah. Namun, ada alasan mengapa harganya seperti ini. Coba saya jelaskan mengapa kami meminta seharga ini.” atau “Ada alasan yang baik mengapa ribuan orang seperti Anda memeriksa produk kami dengan teliti, membandingkannya dengan pesaing kami, dan memutuskan untuk membayar lebih mahal. Apakah Anda tertarik untuk mengetahuinya?”

Berbanggalah pada Harga Anda

Jika Anda menarik harga tinggi, berbanggalah! Jika prospek berkata, “Ini benar-benar mahal!” maka katakanlah, “Iya, Pak. Sebenarnya, kami memang pemasok yang punya harga tertinggi untuk produk ini di pasar. Dan sekarang kami menjual lebih banyak daripada sebelumnya. Apakah Anda tertarik mengetahui mengapa begitu banyak orang membeli produk kami dan menggunakan layanan kami meskipun kami punya harga lebih mahal?” Anda biasanya akan mendapatkan jawaban YA.

Bandingkan Harga Anda dengan Pesaing

Anda dapat mengurangi keberatan akan harga dengan membandingkannya dengan barang lain yang lebih mahal. Ketika prospek berkata, “Harganya kemahalen.” jawablah “Dibandingkan apa, Pak?” Seringkali ia tidak mengerti apa yang dikatakannya. Ia tidak mengetahui sedikit pun tentang produk Anda, atau produk lain yang serupa. Prospek dapat berkata “Yah, dibandingkan produk XYZ”
Anda jawab, “Benar, produk XYZ memang serupa dengan produk kami, tapi tidak memiliki manfaat dan ciri yang kami miliki. ” Tunjukkan pada prospek perbandingan harga tertulis. Logika menghasilkan penjualan.
Lalu adalah penting untuk mengetahui apa yang diperbandingkan prospek. Selalu bandingkan apel dengan apel, jeruk dengan jeruk. Artinya, Anda tidak bisa membandingkan harga mobil mercedes dengan honda. Selidiki harga pokok yang dibebankan pesaing Anda, dan alasan perbedaan harga.
Hasil gambar untuk customer complain is too pricey

Tawarkan Beberapa Pilihan

Terkadang prospek mengatakan bahwa mereka “kekurangan uang tunai”. Untuk menanggapinya, Anda dapat mengajukan pertanyaan, “Bagaimana jika saya tawarkan cicilan, jadi Anda bisa melunasinya dalam jangka waktu yang lebih panjang?” atau cobalah ini:
“Bagaimana jika kami dapat menunda pembayaran sampai masa anggaran berikutnya?”, “Bagaimana jika kami dapat memperpanjang pembayaran hingga lima tahun, dan bukannya tiga tahun, sehingga menurunkan pembayaran bulanan?”
Jika customer benar-benar menginginkannya, hampir dipastikan ia akan setuju.

Jika terus saja ditawar,

maka katakan:
“Pak, apa bapak pernah mendapatkan sesuatu yang bagus secara gratis?” dan “Pak, apakah bapak pernah mendapatkan sesuatu yang murah dan ternyata bagus?” Jawaban normal untuk keduanya adalah tidak pernah. Akhirnya, tanyakan, “Pak, bukankah benar bahwa Anda selalu mendapatkan sebesar nilai yang Anda bayar?”

Sebutan senama terkecil

Anda dapat mengurangi penolakan harga dengan memecahnya menjadi satuan kecil sebutan senama. Bandingkanlah produk Anda dengan Coca Cola, secangkir kopi atau harga voucher pulsa.Bandingkan harga Anda dengan sesuatu yang dikonsumsi prospek secara rutin.




Referensi : kampungwirausaha.com